Emas dan perak adalah di antara logam mulia yang paling berharga. Keduanya adalah perhiasan dan simpanan harta yang mahal harganya. Syariat Islam telah menetapkan bahwa keduanya wajib dikeluarkan zakatnya bila telah memenuhi dua syarat yaitu mencapai nishab dan melewati haul (berlalu satu tahun dalam kepemilikannya).
Emas dan perak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah mencakup segala bentuk dan ragamnya, baik dalam bentuk batangan/lempengan, mata uang (dinar/dirham), peralatan rumah tangga, dan perhiasan.
Emas dengan segala macam bentuknya dijadikan satu dalam penghitungan nishab dan zakatnya. Demikian pula perak dengan segala mmacamnya dianggap satu jenis dalam perhitungan nishab dan zakatnya.
Dasar Hukum
Kewajiban mengeluarakan zakat dari emas dan perak ini berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, sementara mereka tidak menngifakkannya di jalan Allah, maka beritakanlah kepada mereka dengan azab yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dahi-dahi, lambung-lambung dan punggung-punggung mereka diseterika dengannya, seraya diserukan kepada mereka “Inilah balasan dariapa yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah akibatnya sekarang.” (at-Taubah: 34-35).
Dalam as-Sunnah terdapat riwayat-riwayat yang shahih dan secara tegas menerangkan kewajiban zakat dari kedua logam mulia ini. Di antaranya,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ممَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّى مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Tidak ada seorang pun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, kecuali pada hari kiamat nanti dibuatkan untuknya lempeng-lempeng dari api (yang terbuat dari emas dan perak miliknya sendiri). Kemudian lempeng-lempeng itu dipanaskan dalam neraka jahannam dan dengannya diseterikalah lambung, dahi dan punggungnya. Setiap kali mendingin lempengan itu maka diulangi lagi untuknya. Pada satu hari yang lamanya sebanding dengan 50 ribu tahun, hingga diputuskan di antara hamba-hamba (Allah), maka ia pun akan melihat jalannya menuju surge ataukah menuju neraka. (HR. Muslim no. 987)
Apakah Perhiasan Emas dan Perak Wajib Dikeluarkan Zakatnya?
Pendapat yang benar dalam masalah ini adalah bahwa perhiasan yang terbuat dari emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat ini dikuatkan oleh asy-Syaikh Ibnu Baz bersama anggota al-Lajnah ad- Daimah, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, asy-Syaikh al-Albani, dan asy-SyaikhMuqbil al-Wadi’I rahimahumullah, bahwa kedua logam mulia tersebut wajib dizakati secara mutlak sekalipun dalam bentuk perhiasan seperti cincin, kalung, gelang, anting-anting atau giwang.
Pendapat ini sangat kuat dan benar karena berdasarkan tiga alasan,
Pertama, ayat dan hadits di atas menunjukkan kewajiban zakat pada emas dan perak secara mutlak (umum) apapun bentuknya, baik berupa lempengan ataupun perhiasan. Sementara tidak ada dalil yang shahih dan sharih (jelas) yang mengecualikan bahwa perhiasan emas dan perak tidak ada kewajiban zakat.
Kedua, terdapat hadits-hadits yang shahih dan sharih (tegas) yang menunjukkan kewajiban zakat pada perhiasan emas dan perak. Hadits-hadits tersebut sebagai berikut,
1. Hadits Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Abdullah bin Amr bin al ‘Ash radhiyallahu ‘anhum), beliau berkata,
“Sesungguhnya ada seorang wanita menemui Rasulullah dan bersamanya putrinya yang mengenakan gelang yang tebal ditangannya. Apakah kamu telah menunaikan zakatnya? Wanita itu menjawab, “Belum. ”Rasulullah berkata, ”Apakah menggembirakan dirimu bahwa dengan sebab dua gelang emas itu Allah akan memakaikan kepadamu dua gelang dari api neraka pada hari kiamat nanti? Maka wanita itu melepaskan kedua gelang itu dan memberikannya kepada Rasulullah, seraya berkata, “Keduanya untuk Allah dan Rasul-Nya.”(HR. Abu Dawud no. 1563, at-Tirmidzi no. 637, an-Nasaa’i no. 2479. Hadits ini dikuatkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Bulughul Maram dan dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah dalam al-Irwa’ 3/296).
2. Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha,
“Rasulullah masuk menemuiku dan melihat beberapa cincin perak tak bermata ditanganku, maka beliau berkata, “Apa ini wahai Aisyah? Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah aku mengenakannya karena berhias untukmu. Seraya beliau berkata, “Apakah engkau telah mengeluarkan zakatnya? Aku berkata, “Belum. Maka beliau berkata, “Cukuplah dia akan menjerumuskanmu kedalam neraka.” (HR. Abu Dawud no. 1565, ad-Daruquthni no. 7547-7548, danal-Hakim no. 1437, beliau rahimahullah berkata, “Hadits shahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim, dibenarkan oleh al-Imam adz-Dzahabi dan al-Albani rahimahullahdalam al-Irwa’ 3/296-297).
3. Hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha,
كُنْتُأَلْبَسُأَوْضَاحًامِنْذَهَبٍ،فَقُلْتُ: يَارَسُولَاللَّهِ،أَكَنْزٌهُوَ؟فَقَالَ: «مَابَلَغَأَنْتُؤَدَّىزَكَاتُهُ،فَزُكِّيَفَلَيْسَبِكَنْزٍ
“Dahulu Ummu Salamah pernah mengenakan beberapa perhiasan emas, kemudian beliau menanyakannya kepada Rasulullah, maka beliau (ummu Salamah) berkata, “Apakah perhiasan itu kanzun? Rasulullah menjawab, “Yang sampai pada jumlah untuk dizakati (sampai nishab) dan ditunaikan zakatnya makan bukan kanzun.”(HR. Abu Dawud no. 1564 dan ad-Daruquthni no. 1950, al-Baihaqi no 1201. Hadits ini dengan adanya syahid (penguat dari riwayat lain) dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam ash-Shahihah no. 559)
Ketiga, adapun hadits yang marfu’ (disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam),
لَيْسَفِيالحُلِيِّزَكَاةٌ
“Tidakada zakat pada perhiasan.” (HR. Ibnul Jauzi rahimahullah dalam at-Tahqiq dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu)
Hadits ini adalah batil tidak ada asalnya, sebagaimana yang dihukumi oleh al-Baihaqi dalam Ma’rifat as-Sunan wal Atsar dan juga al-Albani rahimahullahdalam al Irwa’ no. 817.
Nishab Emas
Nishab emas adalah 20 dinar, senilai dengan 85 gr. Dasarnya adalah beberapa hadits, di antaranya hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لَيْسَفِيأَقَلَّمِنْعِشْرِينَدِينَارًاشَيْءٌ،وَفِيعِشْرِينَدِينَارًانِصْفُدِينَارٍ
“Tidak ada zakat pada dinar yang jumlahnya kurang dari 20 dinar, dan pada 20 dinar zakatnya setengah dinar. ”(HR. Ibnu Abi Syaibah no. 9873 dan Abu Dawud no. 1753. Dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahdalam Bulughul Maram dan dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam al-Irwa’ 3/290-291)
Asy-syaikh al-Utsaimin rahimahullahmenguraikan, 20 dinar seberat 85 gram emas. Dengan rincian, 1 dinar Islami = 1 mitsqal, berarti 20 dinar = 20 mitsqal. 1 mitsqal = 4,25 gr. Jadi, 20 mitsqal adalah 85 gr. (asy-Syarhul Mumti’ 6/103 dan Majalis Syahri Ramadhan).
Nishab Perak
Nishab perak adalah 200 dirham, seberat 595 gr perak. Dasar hukumnya adalah hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,
لَيْسَفِيمَادُونَخَمْسِأَوَاقٍصَدَقَةٌ
“Tidakada zakat pada perak yang beratnya kurang dari 5 awaq.” (HR. al-Bukhari no. 1405 dan Muslim no. 979)
Hasil penelitian para ulama, 1 awaq senilai dengan 40 dirham, berarti 5 awaq = 200 dirham. 1 dirham Islami = 0,7 mistqal. Berarti 200 dirham = 140 mitsqal, yaitu 595 gr (1 mitsqal = 4,25 gr). (Majalis Syahri Ramadhan dan asy-Syarhul Mumti’ 6/103)
Kadar Zakat Emas Dan Perak
Ulama sepakat bahwa kadar zakat pada kedua logam mulia ini adalah 2,5 %. Di antara dasar hukumnya adalah hadits Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu,
وَفِيالرِّقَّةِرُبْعُالعُشْرِ
“Pada perak zakatnya seperempatpuluh (2,5%).” (HR. al-Bukhari no. 1454)
Peringatan Penting
Pertama, emas dan perak tidak disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat. Masing-masing memiliki nishab tersendiri.
Kedua, kelebihan dari nishab (emas 85 gr dan perak 595 gr) tetap dikeluarkan zakatnya. Jadi 2,5 % dari keseluruhan yang dimilikinya dari kedua logam mulia itu. Bukan maksudnya 85 gr emas atau 595 gr perak yang hanya dikluarkan zakatnya, berbeda dengan zakat hewan ternak kelebihan (sisa) nishab dari jumlah hewan ternak tidak terkena zakat sampai mencapai nishab beikutnya.
Ketiga, emas dan perak yang baru diambil dari pertambangan tidak dikeluarkan zakatnya kecuali bila memenuhi dua syaratnya itu mencapai nishab dan berlalu satu tahun (haul). Tidak setiap kali hasil menambang dikeluarkan zakatnya, tetapi harus melalui haul (berlalu setahun) dan mencapai nishab. Tidak dikiaskan (dianologikan) dengan zakat pertanian, yaitu dikeluarkan zakatnya pada setiap kali panen apabila telah mencapai nishab.
Sumber : http://www.sinergifoundation.org/bayar/zakat-maal-emasperak/11
Leave a Reply